Bromo

Sebenarnya cukup memalukan bagi orang Malang yang baru menginjakkan kakinya di penanjakan Bromo setelah usianya 20+. Tapi masih lebih mulia dibanding yang belum pernah sama sekali melihat lautan pasir Bromo. Aku dapat kesempatan untuk pergi kesana dengan anak-anak fotografi Scope, Machung University. Tak hanya senang-senang dan melampiaskan kepenatan setelah seminggu berkuliah, tapi juga melatih kejelian para anak Scope(sebut Scoper) untuk mengabadikan moment pada saat di kawasan Bromo. Mulai dari sunrise, luasnya lautan pasir, dan keindahan kawah bromo.

Pukul 02.00 pagi hari. Kami ber-13 orang mulai meninggalkan kota Malang. Dikeheningan malam yang melinyelimuti dunia, kami berpacu dengan waktu untuk mendapat sinar mentari pagi di atas puncak Bromo. Kami belah dinginnya malam yang berpadu dengan semilir angin. Jalanan yang semakin berongga dan tak rata lagi, bukan menjadi halangan bagi kami. Terlebih diriku, aku merasa ingin sesegera mungkin hadir di penanjakan. Menikmati keindahannya dan mengabadikan suguhannya.

Perjalanan yang cukup membuat adrenalin kami meningkat. Dengan jalanan yang berkelok-kelok dan menanjak tajam serta suasa hutan yang berpadu dengan keheningan malam, sedikit membuat kendaraan kami mengalami kesulitan. Sempat tiga kali mobil Escudo 1.6 yang aku kendarai dengan 4 orang penumpang, mengalami kesulitan pada jalan yang menanjak curam. Pasalnya saat itu, ada sebuah motor dari rekan kami juga, yang harus menghentikan motornya karena jalan terlalu menanjak untuk dilewati. Namun itu tak jadi halangan kami untuk terus maju. Dengan sedikit haluan dan ruang kosong, dapat membuat mobil yang kami naiki memiliki kesempatan untuk menambah power dan rpm pada mesin. Sehingga jalanan yang cukup menanjak sekalipun dapat teratasi.

Pukul 04.00.kami tiba di depan gerbang taman wisata nasional Bromo. Terlihat disekeliling kami, banyak turis luar maupun domestik yang bersiap menuju penanjakan Bromo. Kami tak berlama-lama di gerbang masuk Bromo. Waktu menghalangi itu semua. Kami tancap gas kembali guna mengejar sunrise.

Kami tiba tepat waktu disana. Kami sempatkan untuk menunaikan sholat subuh. Wow...kakiku begitu dingin. Tak sanggup aku berkonsentrasi lama. Bahkan kubaca surat terpendek, guna mempersingkat sholatku. tak lebih dari 3 menit. super instan.

Disana banyak sekali turis yang berdiri menunggu terbitnya mentari. Mengawali hidup dihari ini. Awalnya awan terlihat biru tua dengan sedikit orange di tengahnya. Lama kelamaan orange itu semakin menguat. Membentuk setengah lingkaran yang memerah. Warna biru tua mulai memudar. Mentari itu membentuk cincin yang melingkar terang. Oh... indahnya salah satu ciptaan Tuhan.

Tak hanya sampai disitu kami disuguhkan keindahan oleh kuasaNya. Kami melewati sebuah hamparan pasir yang dikelilingi oleh kabut putih. Tempat itu dikenal dengan lautan pasir. Ternyata, Indonesia memiliki tempat seindah itu. Sebuah samudra pasir.

Tibalah kami di daerah kawah Bromo. Tapi tak semudah itu untuk melihat dan menikmati keindahan Bromo dari jarak dekat. Kami harus berjalan selama 30 menit dengan kontur tanah yang menanjak. Setelah itu, kami harus melewati anak tangga yang berjumlah sekitar 225 anak tangga. Cukup melelahkan. Namun semua itu akan terbayarkan dengan keindahan yang disugukan oleh sebuah Bromo.

Perjalanan ini cukup menyita raga dan pikiran, tapi sangat nikmat dirasakan. Sebuah perjalanan dari SCOPE . Sukses buat kita.

1 komentar teman:

strawprincess 16 April 2009 pukul 07.43  

weitz...aku baru sempet ngebacanya...keren euy tulisan n pengalamannya...hehehe jadi pengen ikutan hunting bareng nak scoper (ngarep mode on) hehehhe...

btw...brarti selain km jauh lebih tua dari aku (20+), km juga lebih "mulia" dari aku..hwakkakakka

Posting Komentar

Komentar Teman



Buatan tulisan tangan


Masukkan Code ini K1-1C5CED-F
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com